Metamorfosa, Sebuah Pengantar
Novel “Metamorfosa” ini adalah sebuah dobrakan atas kedangkalan pemikiran masyarakat
petani dan penambang di pinggiran Majalengka tentang interupsi mimpi dan masa
depan. Penulis mengangkat genre yang belum lazim diangkat ke permukaan, yaitu sosial
politik yang penuh kemelut. Ketika
masyarakat memandang sebelah mata seorang pemuda yang beranjak mengejar mimpi
yang tak lazim dilakukan di daerahnya, dia menantang arus dengan penuh gejolak
dan ambisius meskipun intelektual dan modal menjadi kendala utama.
Plot cerita dimulai ketika tokoh utama merasa bosan
dengan keterpurukan dirinya dan keterpurukan sosialnya. Penghasilan ayahnya
sebagai kuli tambang yang miskin dengan pendidikan yang sangat rendah, rencana
sekolah adiknya, keadaan rumah tua, guru SMA yang arogan, masyarakat kampung
yang memandang kuliah sebalah mata, keberandalannya, dorongan sahabat yang
sangat dicintainya, dan uang pinjaman dari temannya untuk memberi formulir
pendaftaran, semakin memperkuat dirinya berangkat kuliah meskipun terkesan
sedikit peluang untuk berhasil. Dia berangkat kuliah ke Bandung mencari kampus
yang direncanakan. Konflik terjadi saat dia tersesat di kota yang baru pertama
kali dijamahnya, salah memilih jurusan kuliah, kehilangan dompet dan semua
kartu identitas, kesengsaraan tempat tinggal, menjadi pencuci piring dan pekerja
ship malam, menggadaikan motor yang
baru saja lunas untuk membayar registrasi, dan kegamangan menentukan idealisme
mahasiswa.
Keterjepitan itu, pertemuannya dengan presiden mahasiswa
ilmu politik, dan pertemannya dengan dua orang mahasiswa yang setia kawan,
membuatnya ulet dan gigih. Dia mengejar beasiswa sampai rektorat, menjadi
aktifis-organisatoris kampus, menjadi domonstran, terjun dalam konstelasi politik
yang terjadi pada masa itu, merombak sistem organisasi yang berbau nepotisme
dan intrik kepentingan golongan, dan membuka banyak jaringan.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup, dia akhirnya membuka
kedai koran, membuka jenis usaha di koperasi mahasiswa, membeli kios dan warung
nasi, merintis toko buku di Majalengka, dan bergabung dengan sebuah lembaga
training centre. Keadaan itu berubah
drastis ketika salah satu sahabat dan
sahabat lama yang sangat dicintainya melakukan sebuah penghianatan hati.
Konstelasi politik dan keberpalingan hati menjadi pemicu utama. Ketika jiwa
hancur menjelang akhir masa studinya, kisah sangat memilukan yang membuatnya
semakin jatuh datang dari keluarganya sendiri. Semua kisah itu tak lepas dari romantika cinta
dan persahabatan, idealisme dan intrik politik kampus, dan kesadaran
ruhani yang mengetuk pintu hati. Di
akhir cerita, semua teka-teki yang terjadi pada kehidupan tokoh utama, tanfa
disadari merupakan jalinan yang saling berhubungan seperti jaring laba-laba
hingga membentuk dobrakan mimpi yang tak disangka-sangka orang-orang di
sekelilingnya.
Kisah ini menggunakan style humor dan berapi-api, menggunakan bahasa sederhana dan
dibalut puitisasi. Dalam beberapa adegan, adrenalin pembaca akan ditantang oleh
konflik yang hidup, jebakan dan peristiwa yang mengejutkan. Dengan kisah ini, kesadaran
terhadap mimpi yang harus digenggam kuat-kuat, tak hanya dibayangkan, kiranya
akan member inspirasi bagi para pemuda di tanah air yang telah lama merindukan
semangat juang dalam merebut kesuksesan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar